Saturday, April 26, 2008

sudahkah kita bersyukur?

Sudahkah kita bersyukur kepada Tuhan atas segala yang telah diberikanNYa kepada kita?
semua kebutuhan hidup kita sudah dipenui,tetapi kita masih sering menuntut banyak hal dan selalu menginginkan sesuatu. apakah kita tahu, bahwa si luar sana masih banyak orang yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan kita hanya bisa meminta -meminta lau menghambur -hamburkannya. banyak orang yang ingin mendapatkan sesuap nasi itu sangat sulit, sedangkan kita sering sekali membuang -buang makanan.
Patutnya mulai sekaranh kita lebih bersyukur kepada Tuhan atas segala yang telah diberikanNya kepada kita.janganlah menuntut banyak hal lagi, ingatlah kita juga harus memperhatikan saudara kita yang kekurangan di luar sana. mereka mencari dengan susah payah, uang yang mungkin biasa kalian pkir itu tidak berarti, tapi bagi mereka itu sangat berarti. mereka mempunyai bebas yang harus mereka tanggung, di dalam penderitaannya ia tetap bersyukur kepada Than atas semua yang telah diberikanNya. lalu apkah kita sudah bersyukur kepdaNya?
baiknya mulai dari sekarang,kita harus lebih memperhatikan orang-orang disekitar kita yang kurang mampu, jika bisa bantulah mereka,dan janganlah menuntut banyak hal lagi, karna Tuhan telah memberikan semua yang kita inginkan. bersyukurlah atas segala Karunia yang etelah Ia berikan. dengan tugas ini saya menjadi lebih tau bahwa banyak orang yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi ia tetap bersyukur kepada Tuhan atas apa yang ia terima pada hari itu.sekarang saya harus lebih bersyukur kepada Tuhan.
sara maria X4 - 26

Bapak Hansip Berjuang Hidup

T : Selamat siang, Pak..
J : Siang..
T : Nama lengkapnya siapa ya Pak?
J : Ngadimin..
T : Asalnya dari mana Pak?
J : Dari Jawa Tengah
T : Jawa Tengahnya mana Pak?
J : Di Boyolali..
T : Trus tinggal di sini sama siapa Pak?
J : Tinggal di sini kebetulan saya ngontrak..
T : Oo.. Deket sini Pak?
J : Iya,, di sebelah kuburan depan.. tapi bukan di kuburannya.. Di kelurahan Duri Kepa.. Di Villa Tomang Mas..
T : Hahaha... Sudah berkeluarga Pak?
J : Udah.. Anak saya 3
T : Sudah berapa tahun Pak berkeluarga?
J : Sudah 12 tahun
T : Lalu.. Berkerja jadi hansip sudah dari kapan?
J : Sejak tahun 1999
T : Berarti sudah 9 tahun.. Oia.. Anaknya 3 umur berapa saja Pak?
J : Yang pertama 7 tahun, yang kedua 4 tahun, yang ketiga 3 tahun
T : Trus.. Penghasilan jadi hansip berapa Pak?
J : Penghasilan saya.. Ooo..kurang sekali, sangat minim sekali.. Gaji saya 700.000
T : Per bulan?
J : Iya, per bulan.. Sangat minim sekali itu.. Pertama buat ngontrak 150 kan, belum sisa buat bayar air, listrik...
T : Trus.. Kalau kurang gitu gimana?
J : Kalau kurang yaa... Kalau masih ada pekerjaan ya saya cari..
T : Jadi tambahan?
J : Iya.. Namun juga nggak selalu.. Kadangkala ada pekerjaan ya saya kerjain.. Seperti menambal talang, misalnya talang rumah bocor nih punya warga saya, kan saya tinggal di Villa Tomang Mas.. Barang kali ada yang butuh..ya saya kerjain.. Tapi itu cuma bisa kalau saya shift malam, kalau shift siang begini ya sudah nggak bisa lagi..
T : Emang pembagian jadi hansipnya bagaimana Pak?
J : Jam kerja.. Di sini 12 jam kerja.. Karena 2 shift..
T : Dari jam berapa tuh Pak?
J : Dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam
T : Trus dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi?
J : Iyaa.. Trus nanti misalnya kalau hari Sabtu, saya 24 jam.. Berangkat hari Sabtu jam 7 pagi, Minggu pagi baru pulang..
T : Kok bisa begitu Pak?
J : Karena 2 shift, jadi saya terus lanjut.. Kalau nggak begitu yang shift pertama nggak istirahat kan.
T : Ooo.. Iya iya.. Nngg.. Kira-kira dengan gaji yang sekarang itu Pak, yang agak minim itu.. Bagaimana cara menggunakannya Pak? Maksudnya cara mengaturnya..
J : Cara mengaturnya kalau gaji segitu sekarang barang-barang sudah mahal kan.. Apa-apa sudah mahal, nggak minyak nggak beras.. Kadang-kadang istri saya masak di rumah kan, tapi itu pun memerlukan dana yang lumayan kan.. Jadi terkadang nggak, istri saya, saya suruh masak nasi, lauknya saya beli saja di warung.. Karena minyak tanah sekarang mahal, misalnya 10000 buat beli minyak sisanya 3000, minyak 7000.. Ya mending beli lauk matang.. Tapi ya rasanya kurang puas.. hanya makan belii sajaa.. Jadi setelah makan sudah nggak ada lagi,, tapi kalau masak kan masih ada sisa.. buat anak-anak...
T : Emang nggak dapat itu Pak? Kompor subsidi?
J : Kompor apa?
T : Kompor gas itu..
J : Kompor subsidi ada.. Cuma waktu saya suruh istri saya pakai, dia takut.. Soalnya rumah saya itu tipe-tipe rumah kumuh, kontrakan triplek lah, bedeng.. Jadi banyak tikus.. Kalau malam kan takut ngegigit.. Soalnya suka gigit kabel, kabel dispenser saja putus kalau digigit.. Bagaimana saya taruh gas, nanti kan meledak, kebakaran..
T : Padahal kalau pakai kompor itu kan jauh lebih murah..
J : Oo.. Jauh.. Abis semuanya sudah pada mahal juga.. Kompornya hidup, berasnya nggak ada..
T : Iyaa.. Semuanya naik..
J : Saya dapat jatah beras 5 liter 1 bulan sekali..
T : Ooo,, Jadi dapat?
J : Iyaa., Itu tambahan.. Emang 5 liter dapat setiap tanggal 15an.. Itu pun juga dari warga, inisiatif warga, berikut tagihan bulanan itu kan.. Kalau emang dia mengasih beras yang diambil, kumpulin, bagi ke karyawan di Villa Tomang Mas.. Kadang pun ada yang dikasih kadang nggak..
T : Jadi paling nggak setiap bulan itu dapat 5 liter? Itu sudah pasti?
J : Pasti..
T : Yaa lumayann..
J : Ya kalau dulu sih mungkin sampai 2 kali sebulan ya.. Tapi pernah juga 1 bulan nggak dapat.. Kalau dapat ya lumayan.. Itungannya kan dari yang nggak makan jadi makan.. Saya juga ngalamin makan indomie sehari semalam karena sudah nggak ada apa-apa lagi..
T : Lalu Pak.. Kalau yang 7 tahun itu sudah sekolah Pak?
J : Yang 7 tahun sudah.. Di SD..
T : Kalau untuk biaya sekolah masih mampu Pak?
J : Biaya sekolah.. Nah ini ya.. Kalaupun terkadang membutuhkan, biaya sekolah itu diharuskan kan.. Kita nggak bayar, buku nggak dapat.. Seharusnya sih memang betul-betul berat sekali.. Tapi ya namanya untuk kebutuhan anak, dari mana saja harus dapat.. Jadi kalau ada gali ya gali lubang tutup lubang, pinjam uang bayar utang.. Yahh.. Kurang lah istrilahnya..
T : Oo.. Lalu semua hansip gajinya segitu semua Pak?
J : Gaji mungkin di sini ada tingkatannya yang lama yang baru ya.. Mungkin saya nggak bisa istilah kasarnya menyebutkan satu per satu.. Kan ada yang kerja sudah lama ada yang baru. Takutnya dikarenakan orang lama, gajinya berbeda.. Yah karena ini kan swadaya, dari warga lah.. Didapat juga Cuma dari iuran..
T : Hhmm.. Itu Pak.. Bisa tolong ceritain kehidupan sehari-hari Pak? Di rumah begitu..
J : Kehidupan.. Ya istri sebagai ibu rumah tangga.. Kalau ada kerjaan ya Cuma masang mute ke bajut.. Itu kalau dapat uang 1 baju y 250 perak.. Sedangkan isinya banyak sekali..
T : Wiih.. 1 baju Cuma 250 perak.. Pelit banget..
J : Ya iyaa.. Mute-mute itu juga nggak terus menerus.. Kalau ada barang ya dikerjain, dari bosnya itu.. Kalau nggak ada ya.. nganggur.. Ya Cuma ngurusin anak.. Nggak ada yang lain..kosong.. Jadi saya harus berkerja keras.. Sebagai bapak ya.. Supaya bisa menciptakan untuk anak-anak, bisa hiduplah seenaknya.. Mungkin hidup sengsara sedikit.. Memang jadi orang susah begitu.. Sudah wajar lahh..
T : Oohh.. hhwhw..
J : Cara berpakaian untuk anak-anak saya itu setahun sekali saya beli..
T : Lebaran Pak?
J : Iyaa.. Setahun sekali..
T : Kalau lebaran dapat tunjangan Pak?
J : Tunjangan ya dapat dari Pak RW, sebulan gaji..
T : Trus suka pulang kampung Pak?
J : Saya sudah 4 tahun nggak pulang, karena keterbatasan dana.. Sekarang ada tunjangan sedikit untuk biaya anak-anak berpakaian. Minimal 1 anak minta 2 setel, 3 anak ya 2 setel 2 setel tidak mencukupi.. Apalagi pulang kampung.. Sedangkan ongkosnya 1 orang 250000, kalau saya pulang berarti percuma itu.. sama anak-anak kecil.. Lalu saya beli bangku sendiri di bus.. 5 orang kan.. Karena nggak mencukupi jadi ya saya nggak pulang.. 4 tahun itu saya masih bertahan di Jakarta.. Kalau masalah kabar ya mending lewat wartel saja, kalau nggak pinjam telepon..
T : Tapi masih berkomunikasi kan?
J : Iya.. Saya masih punya keluarga
T : Oia Pak.. Kalau jadi hansip itu kan shiftnya 12 jam, itu ngapain saja?
J : Oo.. Pekerjaan saya.. Terutama tugas yang saya laksanakan dari pagi saya absent, tanda tangan sesuai perintah yang di situ atau peraturan, bagi tugas, masing-masing memasuki pos, kan 5 orang, itu disebar ke masing-masing pos.. Semuanya itu pada memantau, terutama cek dulu semuanya.. Patroli keliling untuk pengecekan mobil maupun pintu-pintu, rumah kosong, segala macam.. Takutnya pergantian sama shift itu ada yang lupa yang shift malam, jadi perlu pengecekkan ulang.. Barangkali ada yang kebobolan saya nggak tahu, atau warga membutuhkan pertolongan.. Makanya dicek dulu, paling minim setengah jam lahh.. Lalu balik ke pos.. Jam 7 sampai jam 9 saya muter lagi, pindah pos dari pos 1, pos 2, pos 3 sampai pos 5.. Trus jam 9 begitu juga, keliling lagi, balik lagi ke pos untuk memantau.. Kalau misalnya ada mobil yang dikenal, ya kita kontek ke teman lain.. Karena kita kerja sama, saya juga nggak bisa sendiri kan.. Lalu kalau ada warga yang membutuhkan pertolongan, barangkali butuh taksi, atau rumahnya ada bangkai.. Trus muter lagi setiap 2 jam sekali.. Tiap hari kerjaan saya begitu..
T : Oohh.. Begitu.. Ya sudah Pak.. Kayaknya itu saja.. Terima kasih Pak atas waktunya.. Selamat Bekerja..
J : Oiah.. Sama-sama dek..

Jeannie X4-9
Katha X4-13

Inilah Hidup

Hidup ini ternyata nggak semudah menepok nyamuk.. Kenapa menepok nyamuk? Karena jika semudah membalikkan tangan itu terlalu kecil, sedangkan untuk menepok nyamuk itu membutuhkan energi yang lebih besar..
Tapi hidup ini ternyata nggak semudah menepok nyamuk juga.. Karena dengan menambah energi pun belum bisa dibandingkan dengan perjuangan untuk hidup..

Istilahnya hidup itu lebih berat daripada yang kita bayangkan..
Istilahnya hidup yang kita tahu berat itu, nggak seberat perjuangan mereka yang miskin..
Istilahnya hidup yang sering kita keluhkan itu, hanya 1 % dari keluhan mereka..


Saat pagi hari, di mana biasa aku duduk di mobil untuk berangkat ke sekolah.. Aku melihat seorang Bapak hansip, berdiri di jalan seolah-olah berteriak, “Aku lelahh…” Dengan berseragam hijau – hijau, terlihat kantung matanya yang begitu besar, membuktikan betapa ia mengantuk..

Melihat mereka yang miskin dan tak bisa hidup layak..
Mungkin baru pertama kali ini aku rasakan dan dengarkan cerita-cerita mereka. Bagaimana cara untuk bisa terus hidup. Benar-benar bertahan hidup dengan keterbatasannya di tengah-tengah zaman yang semakin modern ini.

Bagaimana seorang Bapak mencari uang, peluh yang dirasa, kantuk yang menyerang, dan beban yang HARUS ditanggung..

Di pundaknya bagaikan terdapat 1000 ton karung yang harus dipanggulnya.. Ke mana pun dia pergi terasa beban yang ditahannya..

Kata-katanya yang lemah di kala menjawab pertanyaan..
Matanya yang berair di kala mengingat keluarganya..
Senyumnya yang terpaksa di kala dia berkata “Hidup sengsara sedikit.. Memang jadi orang susah ya begitu.”

Lalu, apa yang biasa aku lakukan?
Seringkali aku berpikir, ”Dia itu kan CUMA .... ” atau ”Dia itu kan HANYA...
Memang kehidupanku sebagai seorang siswi SMA di salah satu sekolah bergengsi di Jakarta tidak bisa dibandingkan dengan mereka.

Aku senang, mereka tidak senang..
Aku diantar jemput naik mobil, mereka hanya jalan kaki..
Aku punya berpuluh-puluh pasang sepatu, mereka hanya punya 1 pasang..
Aku punya rumah layak berAC, mereka hanya punya rumah triplek ingin roboh..
Aku punya handphone, mereka hanya punya telepon umum..
Aku punya makanan berlimpah, mereka hanya punya beras 5 liter 1 bulan..

Ataupun..

Mereka sangat sulit untuk mengorbankan uang seharga 7000 untuk membeli minyak tanah, sedangkan aku dengan mudahnya membuang uang sebesar 7000 untuk jajan..
Sang Ayah harus berkerja 24 jam dulu untuk mendapat makan, sedangkan aku, tinggal berteriak ke pembantu untuk menyediakan makanan..
Mereka hanya dibelikan 2 stel pakaian setahun.. Sedangkan aku mempunyai 1 atau 2 lemari pakaian, dan aku hanya memakai setengah dari yang aku punya, sedang yang setengah lagi hanya sebagai pajangan..

Tuhan..
Tidakkah itu keji?

Bagi kita sekarang, kita mengasihani mereka..
Bersedih, prihatin, dan ikut turut berempati..

Tapi bisakah kita benar-benar memperjuangkan hidup layaknya mereka berjuang hidup?
Benar-benar memperjuangkan segala kelayakan, kesejahteraan, keamanan, kepintaran, kemewahan yang kita punya..
Benar-benar berjuang untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik daripada mereka yang tidak seberuntung kita..

Dengan adanya pengalaman ini, aku bisa lebih membuka mataku.. TIDAK.. Mata hatiku.. agar itu tadi, supaya bisa menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik daripada mereka yang tidak seberuntung aku..

Dengan lebih menghargai dan menghormati hidup ini.. Tidak melewati begitu saja peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan hidup..
Tidak mengganggap mereka yang miskin itu hanya orang yang tidak penting, melainkan mengganggap mereka salah satu bagian dari hidup kita..

Menjadi contoh untuk kita berefleksi terus dan terus akan hidup kita yang sudah layak..
Menjadi contoh untuk kita bisa membuat hidup kita menjadi lebih dan lebih indah..
Menjadi contoh untuk kita benar-benar berjuang menghadapi hidup..
Menjadi contoh untuk kita tegar, bertahan, dan kuat untuk menghadapi segala rintangan dan cobaan yang tidak sebesar ringtangan dan cobaan mereka..
Menjadi contoh untuk kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik..

Kita hanya perlu berusaha lebih keras daripada biasanya..
Kita hanya perlu melangkah lebih besar daripada biasanya..
Kita hanya perlu bertahan lebih kuat daripada biasanya..

Yaa..

Inilah HIDUP


Jeannie
X4-9

Kemiskinan di Sekitar Kita

Setelah membaca artikel kemiskinan dan mewawancarai orang yang kurang mampu, saya merasa bahwa di kota besar ini terdiri dari beraneka ragam lapisan masyarakat. Tidak hanya yang mampu saja, tetapi juga masih banyak yang tidak mampu. Banyak sekali orang diluar sana yang bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, tetapi tetap saja penghasilannya tidak mencukupi untuk hidup. Padahal ia sudah berusaha dengan sangat keras.

Seperti yang dialami oleh Pak Ngadimin. Ia adalah seorang hansip yang kami wawancarai. Menurut hasil wawancara kami dengan beliau, penghasilannya selama sebulan sangatlah tidak mencukupi untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya. Tempat tinggalnya bahkan hanya sebuah rumah bedeng di dekat Taman Pemakaman Umum (TPU).

Saya merasa prihatin setelah mendengar cerita beliau. Hal tersebut semakin menyadarkan saya bahwa di kota besar ini tidak hanya orang berada saja yang dapat hidup, tetapi banyak masyarakat lapisan bawah yang berjuang mempertahankan hidupnya. Betapa sulitnya mereka mencari uang sehingga harus hidup pas-pasan. Mereka tak dapat berbuat hal lain selain mencari jalan mempertahakan hidupnya. Dengan tujuan awal yang ingin mengadu peruntungan nasib di Jakarta, hasilnya malah justru kebalikannya. Bahkan hidup mereka di desa lebih baik daripada hidup mereka sekarang ini. Ingin kembali ke desa, tetapi tidak mempunyai biaya untuk pulang. Akhirnya yang dapat dilakukannya hanyalah mempertahankan hidup mereka.

Pak Ngadimin hanyalah satu dari banyak masyarakat yang mengalami hal tersebut. Tetapi saya salut terhadap beliau yang tetap berusaha keras untuk mempertahankan hidupnya. Ia terus berjuang, bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi anak istrinya.

Katha
X4-13

Kekayaan Bukan Segalanya

Dari pengalaman wawancara saya dengan seorang bapak tua di pasar baru…
Akhirnya saya menyadari bahwa hidup itu tak sepenuhnya indah hanya dari kenikmatan saja. Tetapi hidup bisa menjadi indah klo kita membuatnya menjadi indah. Bapa tua itu menagajarkan saya, walaupun kita kehilangan orang yang sangat kita cintai tetapi kita masih mempunyaui orang yang sangat memerlukan kita. Maka dari itu satu pelajaran berharga yang diberikannya, jangan perna menyerah dengan apa pun yang terjadi. Pasti ada jalan untuk mencapai kebahagiaan.Dengan perjuangan keras, kita pasti bisa mendapatkan apa yang kita inginkan waalaupun kita dalam kemiskinan hidup atau pun kemiskinan hati sekali pun. Karena Tuhan pasti akan membukakan jalan bagi kita.
GBU….


Dea ( X-4 / 1 )

Hidup adalah Bagaimana Kita Mensyukurinya Dengan Sepenuh Hati..

Mungkin dunia ini memang tidak akan terlepas dari masalah kemiskinan. Meskipun demikian, nilai kehidupan yang harus kita ambil adalah bagaimana kita mensyukuri kehidupan kita dengan salah satu caranya bekeja secara halal dan sepenuh hati sesulit, serendah atau setinggi apapun itu. Ibu Mariamin di usianya yang sudah cukup tua masih terus berjuang bagi keempat anaknya yang meskipun kini sudah ada yang bekerja karena beliau ingin terus memberikan yang terbaik bagi meeka sampai mereka benar-benar siap untuk menghadapi dunia yang sebenarnya.

Dengan kemampuan memasaknya, Bu Mariamin selama 15 tahun ini menjadi penjaga warteg dan memuaskan pelanggannya dengan kenikmatan masakan yang dibuatnya. Seringkali kita merasa pekerjaan yang layak adalah pekerjaan yang bergengsi seperti pengusaha, dokter, fashion designer, atau pekerjaan lain yang dianggap memberikan kemewahan, ketenaran, dan kenikmatan duniawi. Sedangkan pekerjaan yang digeluti oleh orang-orang kecil seperti pemulung, pedagang kecil, dan penjaga warteg seperti yang dikerjakan oleh Bu Mariamin ini hanya dipandang sebelah mata dan tidak masuk dalam hitungan dunia kerja yang selama ini dipandang oleh orang-orang pada umumnya. Sebenarnya apakah arti memeras keringat itu? Setiap orang bekerja siang malam untuk menghidupi keluarganya dan kelangsungan hidupnya sendiri. Tetapi justru orang-orang kecil dan miskin yang bekerja dengan sepenuh hati meskipun pekerjaan itu tidak begitu memenuhi kehidupannya sehari-hari yang lebih banyak mensyukuri kehidupannya daripada kita yang kaya dan memiliki banyak harta dan kekayaan duniawi. Bagi kita yang kaya akan harta terkadang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hartanya sehingga sering lupa akan Tuhan yang telah memberkati mereka sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini.

Dalam hidup ini memang manusia diciptakan dengan kebutuhan yang tak terbatas, dan manusia juga tak pernah puas. Karena ketidakpuasan itu manusia terkadang cenderung menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya dan menomorduakan Tuhan. Burung diciptakan untuk bersiul dan merekapun bersiul. Manusia diciptakan untuk bersyukur kepada Tuhan tetapi kita tak melakukannya. Apakah kita harus jatuh miskin dulu baru akan mengingat akan Tuhan yang telah memberikan segala kenikmatan dan berkat bagi kita? Hidup bukanlah semata-mata untuk menjadi kaya dan terpandang. Tetapi hidup adalah bagaimana kita mensyukurinya dengan sepenuh hati dan menyerahkan seutuhnya kepada Tuhan sekurang dan semenderita apapun kita. Karena dalam Tuhan disitulah terdapat segala kenikmatan dan keindahan yang tak pernah ada dalam hidup. Semoga kemiskinan yang ada di sekitar kita bukannya membuat kita tambah jijik dan menyingkirkan mereka, namun menjadi salah satu alat Tuhan agar kita mensyukuri hidup kita. Tuhan memberkati..

Hidup kita ini....

Kata ‘kemiskinan’ memang sering terdengar oleh kita. Sebenarnya apa itu kemiskinan? Apakah kita benar-benar paham apa itu kemiskinan? Ada tulisan yang bekata ‘Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup’(dari wikipedia). Adapula orang yang berkata miskin berarti tidak beruang ada juga yang berkata miskin berari tak berilmu, tetapi apa sebenarnya bentuk nyata kemiskinan dalam hidup kita sahari-hari? Seperti apakah itu kemiskinan?

Dalam tugas religiositas ini saya diberi tugas untuk melihat bentuk kemiskinan dalam kehidupan kita. Di mana dalam tugas ini kemiskinan lebih terfokus pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Setelah mewawancarai seorang pedagang pecel, saya sadar akan apa itu kemiskinan dan bagaimana itu kemiskinan. Walau tentunya semua orang tidak menginginkan kemiskinan tetapi tentu hidup ini bukan dipilih dan ditentukan oleh kita sendiri adakalanya seperti ban kempis dimana kita harus berada dibawah dan mengalami kesulitan seperti kemiskinan itu. Bukan karena kita malas tetapi itulah ditentukan untuk terjadi.

Ibu Yati, seorang pedagang pecel, walau sudah bekerja keras sepanjang hari berdagang tetap tidak dapat memeuhi kebutuhan hidupnya. Ia terus berjuang tanpa menyerah dan tanpa mengeluh menghadapi kemiskinan yang menimpa dirinya. Walau ia terus menantikan rejeki yang dapat memutar hidupnya. Melihat hal ini hati saya serasa ditusuk-tusuk, hanya dapat merasa iba tanpa bisa menolong. Apa yang dapak saya lakukan jika saya sendiripun masih bergantung pada orang tua?

Kembali terpikir oleh saya mengenai kutipan tadi, kemiskinan adalah sebuah masalah. Dan karena itulah tentu ada penyelesaiannya. Tapi bagaimanakah caranya mengatasi masalah tersebut? Yang terpikirkan oleh saya pertama kali adalah dengan memberi santunan. Tetapi sebenarnya apakah hanya dengan santunan dapat membantu mereka? Jawabannya tidak. Untuk menghadapi kemiskinan itu kita harus menghadapinya dari dasar, bersama-sama. Contoh yang paling mudah diberikan adalah dengan membuka lapangan kerja bagi mereka dengan gaji yang dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Dari sisi lain saya melihat kemiskinan, saya merasa sangat bersyukur akan kehidupan yang diberikan Tuhan kepada saya. Saya pun sadar kesulitan yang saya hadapi dalam hidup ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan mereka yang harus menghadapi kemiskinan. Karena itulah saya akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi sehingga dengan begitu akhirnya dapat menolong mereka yang jatuh dalam kemiskinan. Saya juga bertekad untuk tidak lagi mengeluh dan selalu berusaha dengan segenap tenaga saya hingga tetes darah terakhir.

Denise
X4 - 6