Thursday, April 24, 2008

ANTARA UANG TUA DAN SEMANGAT LAYAKNYA ORANG MUDA


Pada hari Senin tanggal 21 April 2008, kami (Dea dan Cella) pergi ke Pasar Baru untuk mencari orang yang hidup dalam kemiskinan untuk diwawancarai. Setelah kami berputar-putar dan pusing karena banyak orang-orang yang tidak mau kami wawancara, akhirnya kami menemukan seorang bapak tua yang bekerja sebagai penjual uang-uang kuno.
Bapak tersebut bernama Pak Arifin dan sekarang beliau berumur 76 tahun. Beliau sudah berjualan uang-uang kuno sejak tahun 1958 di daerah Pasar Baru. Sebelumnya, beliau pernah juga berjualan koran dan main dolar. Hal itu dilakukan untuk menghidupi kebutuhan hidupnya dan setelah menikah, beliau pun harus menghidupi kebutuhan istri dan anak-anaknya.
Pak Arifin memiliki 6 orang anak, 2 perempuan dan 4 laki-laki, namun istrinya kini sudah meninggal. Setelah anak-anaknya besar, beliau hidup sendirian dengan mengekost di daerah Pasar Baru. Beliau menggunakan hasil berjualan uang-uang lamanya untuk menghidupi kebutuhan hidupnya. Anaknya kini sudah hidup sendiri-sendiri.
Pak Arifin mengaku bahwa hasil penjualan tersebut hanya cukup untuk makan sehari-hari. Itu pun ia harus berhemat mengingat hasil yang ia dapatkan kerap kali kurang. Ia mengaku bahwa sekarang jarang sekali orang yang mau membeli uang-uang kuno dibandingkan dengan jaman dahulu.
Walaupun begitu, Pak Arifin tetap menyenangi pekerjaannya tersebut karena berjualan uang-uang kuno sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Hal itu juga sekalian melengkapi hobinya yang senang dengan barang-barang kuno.
Yang sangat kami banggakan adalah perjuangannya yang begitu besar dan semangatnya yang tiada henti mengingat usia Pak Arifin yang sudah tidak muda lagi dan beliau harus bekerja mulai dari jam 8 pagi sampai 3 siang. Melihat lagi kondisi Pasar Baru yang outdoor sehingga terik panas matahari pun senantiasa terpancar.
Kami sangat menikmati wawanara tersebut karena Beliau sangat ramah dan mau menjawab segala pertanyaan kami tanpa ada rasa canggung. Namun akhirnya kami harus menghentikan wawancara mengingat Pak Arifin masih harus mencari nafkah. Yang hanya dapat kami katakan adalah “Terima kasih” dan “Berjuang terus ya Pak ! Semoga usahanya sukses !”



Dea ( X-4 / 1 ) & Cella ( X-4 / 16 )

1 comment:

Sepuluh Empat - The Reflection said...

woi judulnya jangan ngikut2in gua dooooong! :p -ulul-