Saturday, April 26, 2008

Laporan Wawancara Greace dan Marlene x4

Senin, 21 April 2008,
Di salah satu jalan sekitar Pasar baru, kami melihat sesosok lelaki tua baru saja selesai menyantap sarapan sederhana dari warung sekitarnya. Sarapan yang tentu saja tidak istimewa tetapi cukup untuk mengisi perutnya dan memberinya tenaga untuk dapat mencari nafkah. Sosok lelaki itupun segera kembali lagi ke gerobak dagangan yang biasa ia pakai untuk berjualan di jalan itu. Telah 10 tahun berlalu semenjak pertama kali ia menggunakan untuk berdagang. Ya, 10 tahun lamanya ia menggeluti pekerjaan itu. Namanya Pak Toha, usianya 52 tahun. Pak Toha asli orang Jakarta tetapi segenap keluarganya yaitu seorang istri dan ketiga anaknya berada di Bojong. Ia sendiri tinggal di sekitar Pasar Baru namun karena kecintaannya pada keluarga, ia tidak pernah absen untuk pulang ke Bojong seminggu sekali.

Perbincangan pun berlanjut. Darinya kami mendapat cerita-cerita yang meng
esankan. Menurut Pak Toha, keadaan fisik sekitar ia berjualan tidak banyak berubah tetapi usahanya dulu lebih baik dari yang sekarang. Hal ini disebabkan karena jaman dulu, kantor di Pasar Baru lebih ramai. Untung pun kerap mendatanginya. Seiring berjalannya waktu, daerah itu menjadi lebih sepi padahal kebutuhan yang harus dipenuhi terus bertambah. Barang yang jual antara lain, minuman, rokok, permen maupun cemilan seperti yang dapat kami lihat, rempeyek dan kulit pangsit di toples-toples. Makanan itu ia beli dari orang lain yang membuatnya di sekitar tempat ia berjualan. Penghasilan yang ia dapatkan tidaklah pasti. Kalau hari itu untung berpihak padanya, dapatlah ia menjual banyak minuman maupun camilan. Tetapi tentunya, tidak selalu untung yang berpihak. Di samping itu, sekarang ini telah ada beberapa saingan di sekitarnya.

Pak Toha mengakui, pendapatannya selama ini hanya bisa untuk sekedar mengisi perut dan menyekolahkan 2 anaknya. Pendapatannya tidak dapat ia bilang cukup, tetapi ia selalu mensyukurinya. Dapat kami dengar, berulang kali Pak Toha mengucapkankan Alhammdulilah yang mencerminkan ia sungguh bersyukur di tengah segala kekurangan yang ia miliki.

Pak Toha juga bercerita lebih lanjut mengenai keluarganya. Terdengar ia sangat mencintai keluargnya dan selalu berusaha mencukupi kebutuhan mereka. Ia menjadi kepala keluarga sekaligus tulang punggung keluarganya. Istri Pak Toha tidak bekerja namun ialah yang menjaga ketiga anaknya. Anak yang pertama telah berusia 18 tahun dan berkat kerja keras Pak Toha selama ini, anaknya dapat bersekolah dan tahun ini akan lulus SMA. Begitu juga dengan anaknya yang kedua, sebentar lagi akan masuk SMP. Sedangkan anaknya yang ketiga baru berumur 4 tahun dan belum sekolah. Pak Toha mengakui, baginya sangat berat untuk menanggung segala biaya pendidikan sang anak. Ia berharap, setelah anaknya yang pertama lulus SMA dapat membantunya bekerja dan kalau bisa memperbaiki nasib keluarga mereka . Sungguh harapan yang besar tetapi bukan berarti tidak mungkin terwujud. Hanya saja untuk sekarang ini, mendapatkan kerja adalah hal sulit jadi nasib anak Pak Toha kedepannya belum pasti.

Pak Toha memiliki 3 saudara tetapi yang 2 telah meninggal. Saudaranya yang masih hidup bernasib seperti Pak Toha. Kata ia, bisa disebut keluarga saudaranya juga orang susah. Mereka hanya dapat saling memberi dukungan satu sama lain. Tidak banyak bantuan tunai dapat Pak Toha harapkan dari saudaranya. Bantuan tunai biasa ia dapatkan dari lurah. Yaitu pinjaman 1 juta rupiah, yang harus ia kembalikan sekitar 94 ribu rupiah per bulannya selama 10 bulan. Uang itu ia pergunakan untuk modal ia berdagang maupun memenuhi kebutuhannya. Berbicara tentang modal, kesulitan terbesarnya dalam berjualan adalah karena modalnya yang sedikit. Kalau saja ia memiliki modal yang cukup, katanya, ia sangat ingin dapat memperbesar usahanya. Ia ingin memindahkan dagangannya ke tempat yang lebih ramai sehingga keuntungan yang ia dapatkan pun lebih banyak. Karena belum cukup modal Pak Toha, ia hanya dapat berjualan seadanya.

Di antara ia dan pedagang lainnya tidak ada masalah. Hanya saja, mereka terpaksa tidak dapat berjualan tidak dapat mencari nafkah apabila petugas kamtib dating untuk membersihkan daerah tersebut. Untungnya, sebelum petugas tersebut dating, Pak Toha selalu mendapat informasi sehingga ia dapat berjaga-jaga dan dagangannya aman dari penggusuran. Kami juga ingin menyampaikan pesan Pak Toha kepada pemerintah. Ia berharap pemerintah mau memberi bantuan dan bantuan tersebut haruslah jelas. Berikan modal untuk para pedagang kecil sepertinya. Selain itu, bantuan juga dapat berbentuk keringanan dalam biaya pendidikan anaknya.

Sungguh pengalaman yang luar biasa dapat mendengar kisah hidup Pak Toha yang penuh liku tetapi juga penuh syukur. Kami salut karena Pak Toha dapat tetap bersyukur di antara kesulitannya.


Oleh : Greace (X4 / 2) & Marlene (X4 / 21)

No comments: