Friday, April 25, 2008

Cerita dari seorang kuli bangunan



Kami mewawancarai seorang kuli bangunan, yang sedang bekerja di rumah tetangga Pavita. Namanya adalah Ujang. Ujang berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Ia datang ke Jakarta, karena melihat keberhasilan teman-temannya yang lebih dulu berangkat ke Jakarta. Di desanya, ia tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dengan latar pendidikan yang hanya tamat sampai bangku SMP, ia adalah seorang pekerja serabutan yang hanya membantu bila ada tetangganya yang meminta tolong dalam menggarap sawahnya.


Setibanya di Jakarta, dengan modal nekad dan niat yang kuat, ia hanya bisa terpana melihat Jakarta. Jakarta terlalu jauh dari yang ia bayangkan. Pada awalnya, ia hanya tinggal seadanya, di pinggir jalan, atau menumpang di masjid. Sampai akhirnya, ia bertemu seorang kawannya yang bekerja sebagai tukang bangunan. Kawannya itu mengajaknya bekerja menjadi seorang kuli bangunan. Walau penghasilannya tidak seberapa, tapi setidaknya ia dapat bertahan hidup dan dapat memenuhi kebutuhan seadanya. Ia pun dapat tinggal di tempat yang bisa dikatakan cukup layak, misalnya proyek tempatnya bekerja, atau menyewa kamar bersama teman-temannya di dekat proyek tersebut.


Ujang memiliki harapan yang cukup sederhana. Yakni, ia hanya ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Walaupun, mungkin belum sekarang saatnya. Setelah 2 tahun ia berprofesi sebagai tukang bangunan, ia mendapat penghasilan sekitar 25 sampai 30 ribu per hari. Biaya segitu dikatakannya sudah cukup untuk membiayai hidupnya. Sebagian penghasilannya, ia kirimkan ke desanya untuk membantu biaya pengobatan ayahnya yang sedang sakit. Ia selalu menghemat segala pengeluarannya. Untungnya, dia belum berkeluarga sekarang. Ia masih ingin bekerja lebih giat lagi dan berharap menemukan pekerjaan yang lebih baik lagi di kemudian hari.




REFLEKSI

Pavita X4/23



Mas Ujang, hanya dengan modal niat dan nekad saja, dia berani melakukan suatu hal besar. Ia berani melakukan suatu perubahan dalam dirinya. Ia berani untuk berharap, dan ia berani untuk bermimpi. Ia mencoba dan mau menerima segala resiko, entah baik atau buruk adanya. Ia telah berhasil melakukan suatu langkah yang berarti dalam hidupnya. Kita lihat saja, dulu, ia seorang pekerja yang bahkan tak pasti arah hidupnya. Sekarang, ia mempunyai penghasilan, dan bahkan dapat membantu pengobatan ayahnya, entah dengan pekerjaannya sebagai tukang bangunan.


Kita semua harus berani bermimpi. Kalau kita punya keinginan, disitulah kita punya jalan. Tidak semua orang dapat menjalani pahitnya hidup. Kebanyakan, mereka hanya pasrah tanpa melakukan suatu perubahan. Saya kagum dengan sikapnya. Dengan keadaannya yang bisa dikatakan pas-pasan, dia pun masih mempas-paskan uangnya demi kepentingan yang dianggapnya jauh lebih penting yakni nyawa ayahnya. Orang yang bisa dikatakan jauh lebih beruntung daripadanya saja, pasti banyak yang hanya duduk berdiam diri, berpasrah kepada Tuhan, bukan. Marilah kita semua bermimpi, karena tidak ada kata tidak bisa. Kita semua bisa, kita semua mampu.



Nini X4/27


Saya menjadi merasa lebih bersyukur terhadap hidup ini. Dalam kehidupan ini, kita tidak boleh selalu menoleh ke atas, tetapi, kita juga harus melihat ke bawah. Sari sikap Mas Unang, saya merasa semangat dan keinginan mulia membahagiakan orang tuanya itu bisa menjadi panutan bagi kita. Mas Ujang memperlihatkan sikap yang seharusnya seorang anak lakukan untuk orangtua. Dia berusaha untuk membantu pengobatan ayahnya,walaupun dengan biaya yang dia cari sendiri dengan keringatnya sendiri. Saya juga melihat bahwa banyak sekali masyarakat yang masih hidup di garis kemiskinan. Namun, semangat mereka tetap tinggi untuk menjalani hidup ini. Mereka selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Saya sangat kagum kepada mereka yang tetap berusaha bekerja secara halal, bukan meminta-minta dan mengemis saja.


Kita bisa belajar dari mereka. Sebesar apapun maslah yang dihadapi oleh kita, kita harus selalu berusaha menyelesaikannya. Mereka juga selalu bersyukur, apapun yang didapatnya hari itu. Ini membuat saya menjadi benar-benar bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan kepada saya. Saya juga semakin mengetahui karya Tuhan yang ada di dalam hidup saya. Saya juga menjadi berusaha lebih mandiri dan tidak merepotkan orangtua, saya juga ingin memberikan yang terbaik yang ada bagi kedua orangtua saya. Akhir kata, saya ingin berpesan, bahwa kita juga harus peduli kepada orang-orang yang kurang mampu, karena sebenarnya, tanpa kita ketahui mereka terkadang, jauh lebih bersyukur daripada kita.




No comments: