Tuesday, April 22, 2008

Mengenal Kemiskinan di Kota Metropolitan


Pada tanggal 21 April 2008, kami pergi ke salah satu kawasan perumahan di daerah Meruya Utara, Jakarta Barat. Di sana kami mendatangi sebuah rumah yang sedang dibangun dan kami menemui seorang tukang bangunan yang bernama Dastam. Pria ini lahir di Cirebon pada tanggal 25 Maret 1974. Itu berarti dia telah berunur 34 tahun. Ia adalah seorang Islam dan ia masih dapat menyisakan waktu untuk beribadah. Dalam pekerjaannya, dia menjabat sebagai mandor dengan penghasilan tak tetap. Kenapa??? Karna dia digaji berdasarkan banyaknya hari ia bekerja. Penghasilannya 30 ribu per hari.
Ia belum berkeluarga, jadi menurutnya gaji tersebut sudah mencukupi kebutuhan dirinya sendiri dan orang tuanya. tapi, ia terkadang bisa mendapat tambahan gaji jika ia kerja lembur. Biasanya ia bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Pengalaman yang ia terima selama bekerja sudah sangat banyak karena ia sudah membangun beberapa rumah, bahkan mencapai 20-an rumah. Sekarang ini, ia sedang bekerja di suatu komplek perumahan Kebon Jeruk, tepatnya di Taman Aries blok E-14 no. 16.
Selama ia bekerja, ia mengalami suka dan duka. Banyak pengalaman yang telah ia alami dalam bekerja. Kesukaan yang ia rasakan selama bekerja adalah tidak terikat, maksudnya, ia tidak perlu terlalu terikat dengan pekerjaannya tersebut; ia boleh pulang ke rumah sesuai dengan keinginannya sendiri dan ia tidak harus bekerja setiap hari. Di samping itu, ia juga mengalami duka, yaitu ia tidur di tempat yang kurang nyaman. Ia tidur di dalam rumah yang sedang dibangun itu di atas papan dengan debu-debu dan sisa-sisa kayu yang ada. Kedukaan lain yang juga pernah ia rasakan adalah pada saat ia melakukan kesalahan dalam bekerja. Ia akan mendapat marah dari kontraktor yang memimpin pembangunan tersebut. Ditambah lagi ia adalah seorang mandor, jadi ia lah orang yang pertama akan mendapat marah walaupun itu bukan kesalahannya.
Selain bekerja sebagai kuli bangunan, ia pernah bekerja sebagai penjual. Namun, ia berhenti bekerja sebagai penjual karena gajinya yang tidak tetap. Hal ini disebabkan karena tidak ada kepastian penjualannya itu laku atau tidak, sehingga ia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan juga kebutuhan orang tuanya. Oleh karena itu, ia berhenti bekerja sebagai penjual dan berpindah profesi menjadi kuli bangunan yang dianggap lebih efektif dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya juga orang tuanya.
Ia mempunyai harapan untuk ke depannya, yaitu ingin mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dan ingin hidup yang lebih baik lagi. Untuk mencapai harapannya itu, ia terus berusaha untuk bekerja dengan baik sesuai kemampuannya dan ia terus berdoa untuk mendapatkan segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan.
(Bela-7 dan Jane-8)

No comments: