"Pulau Kekayaan di tengah Samudera Kemiskinan". Itu adalah suatu ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan sosial di sekitar kita terutama di Indonesia. Pada kesempatan kali ini, kami, Cynthia dan Lea mewawacarai seorang Ibu yang bekerja sebagai penjaga warteg di depan Sekolah Melania 2, Jalan Percetakan negara, No 31.
Ibu Mariamin, begitu beliau disapa telah bekerja sebagai penjaga warteg selama 15 tahun. Beliau tinggal di Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Bu Mariamin memiliki 4 orang anak dan 2 orang cucu. "Alhamdullilah, anak-anak saya bisa sampai kuliah. Anak yang ke-empat masih kelas 1 SMA. Dan uangnya biarpun sedikit masih bisa untuk ditabung" begitu jawabnya saat ditanya mengenai anak-anaknya.
Ibu yang lahir di Kuningan pada tahun 1958 ini mendapat penghasilan 400-500 ribu dalam sehari. Sebagian besar untuk belanja lagi, dan sisanya untuk membiayai kehidupannya. Apa saja sih yang dijual di warteg itu? Ada banyak makanan yang dijual di sana, yang paling digemari antara lain Ikan, gorengan, telur, sayur, rendang, dan lain-lain. Untuk menjaga kelezatan masakannya, Bu Mariamin tidak memasaknya dari rumah, tapi langsung di wartegnya, sehingga masakannya tetap hangat dan enak. Warteg ini sudah buka pada jam 5 pagi dan tutup jam 8 malam. Meskipun buka selama 15 jam, tetapi masakannya belum tentu habis.
Para pembeli warteg ini biasanya mahasiswa-mahasiswa dari STF Driyarkara, anak-anak sekolah Melania. dan orangtua murid. Mereka sangat menggemari masakannya karena enak, murah dan bersih. Terkadang ada pesanan untuk pesta dalam jumlah yang cukup besar, meskipun harus bekerja ekstra, namun harga makanannya tidak bertambah mahal, mungkin hannya ditambah biaya dus. Yang biasanya memesan untuk pesta biasanya mahasiswa STF Driyarkara dan mereka mengambilnya sendiri tanpa diantar.
Dalam setiap pekerjaan pasti ada suka dan dukanya. Sukanya jika sedang banyak pengunjung meskipun capek tetapi penghasilannya lebih banyak. Dukanya jelas jika sedang sepi pengunjung terkadang bisa sampai 6-8 bulan, tetapi setelah itu normal lagi.
Awalya Bu Mariamin berpikir untuk membuat katering, tetapi mengingat tidak ada tempat yang strategis dan biaya belum mencukupi makanya tidak jadi dilaksanakan.
Intisari yang bisa kita petik adalah tidak peduli sekurang apapun kita, tapi setiap pekerjaan yang kita jalani dengan sepenuh hati dapat membuahkan hasil yang baik dan memuaskan. Dan sekurang apapun kita, yang pertama harus kita perjuangkan adalah jenjang pendidikan yang sebagaimana mestinya harus dijalani sehingga di usia dewasa kita dapat membalas apa yang telah dilakukan oleh orangtua yang sudah memeras keringat demi kelangsungan hidup dan kesuksesan anak-anaknya.
Ibu Mariamin, begitu beliau disapa telah bekerja sebagai penjaga warteg selama 15 tahun. Beliau tinggal di Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Bu Mariamin memiliki 4 orang anak dan 2 orang cucu. "Alhamdullilah, anak-anak saya bisa sampai kuliah. Anak yang ke-empat masih kelas 1 SMA. Dan uangnya biarpun sedikit masih bisa untuk ditabung" begitu jawabnya saat ditanya mengenai anak-anaknya.
Ibu yang lahir di Kuningan pada tahun 1958 ini mendapat penghasilan 400-500 ribu dalam sehari. Sebagian besar untuk belanja lagi, dan sisanya untuk membiayai kehidupannya. Apa saja sih yang dijual di warteg itu? Ada banyak makanan yang dijual di sana, yang paling digemari antara lain Ikan, gorengan, telur, sayur, rendang, dan lain-lain. Untuk menjaga kelezatan masakannya, Bu Mariamin tidak memasaknya dari rumah, tapi langsung di wartegnya, sehingga masakannya tetap hangat dan enak. Warteg ini sudah buka pada jam 5 pagi dan tutup jam 8 malam. Meskipun buka selama 15 jam, tetapi masakannya belum tentu habis.
Para pembeli warteg ini biasanya mahasiswa-mahasiswa dari STF Driyarkara, anak-anak sekolah Melania. dan orangtua murid. Mereka sangat menggemari masakannya karena enak, murah dan bersih. Terkadang ada pesanan untuk pesta dalam jumlah yang cukup besar, meskipun harus bekerja ekstra, namun harga makanannya tidak bertambah mahal, mungkin hannya ditambah biaya dus. Yang biasanya memesan untuk pesta biasanya mahasiswa STF Driyarkara dan mereka mengambilnya sendiri tanpa diantar.
Dalam setiap pekerjaan pasti ada suka dan dukanya. Sukanya jika sedang banyak pengunjung meskipun capek tetapi penghasilannya lebih banyak. Dukanya jelas jika sedang sepi pengunjung terkadang bisa sampai 6-8 bulan, tetapi setelah itu normal lagi.
Awalya Bu Mariamin berpikir untuk membuat katering, tetapi mengingat tidak ada tempat yang strategis dan biaya belum mencukupi makanya tidak jadi dilaksanakan.
Intisari yang bisa kita petik adalah tidak peduli sekurang apapun kita, tapi setiap pekerjaan yang kita jalani dengan sepenuh hati dapat membuahkan hasil yang baik dan memuaskan. Dan sekurang apapun kita, yang pertama harus kita perjuangkan adalah jenjang pendidikan yang sebagaimana mestinya harus dijalani sehingga di usia dewasa kita dapat membalas apa yang telah dilakukan oleh orangtua yang sudah memeras keringat demi kelangsungan hidup dan kesuksesan anak-anaknya.
No comments:
Post a Comment