Pada hari jumat kami mencari orang yang bisa diwawancarai di dekat rumah Lydia. Sewaktu kami sedang berjalan-jalan mencari orang yang bisa diwawancarai, kami melihat seorang bapak yang sedang duduk di pinggir jalan, dengan sebuah kotak yang terbuat dari kayu. Pertama-tama kami tidak berani mendekatinya, tetapi akhirnya kami memberanikan diri untuk bertanya kepada bapak tua itu. Ternyata,ia adalah seorang tukang semir sepatu. Beliau bernama suyanto yang bekerja setiap hari, berangkat dari rumah pukul 8 pagi. Beliau pergi bekerja dengan mengandalkan kotak semir sepatunya. Pak yanto tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Istrinya yang bernama sutinem yang hanya bekerja sebagai tukang cuci pakaian. Sedangkan dua orang anaknya baru berumur 6 dan 10 tahun. Dan yang satu lagi sudah besar dan tidak tinggal bersamanya.
Setiap hari Pak yanto hanya mendapatkan pengahasilan yang tidak menentu tergantung dengan banyaknya sepatu yang ia semir pada hari itu. kurang lebih ia hanya mendapatkan uang sekitar Rp. 15.000,00 – Rp. 20.000,00 / hari. Ia merasa belum bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sedangkan penghasialan istrinya pun belum juga bisa menutup kerukarangan kebutuhan hidup keluarganya.
Anak pertamanya yang masih berumur 15 th sudah berkerja menjadi seorang pembantu rumah tangga di sebuah keluarga, dan tidak lagi tinggal bersamanya. Akan tetapi tanggungan hidunya masih belum juga berkurang, karena ia harus menyekolahkan kedua anaknya yang masih bersekolah di sd. ia tidak bisa membayar uang masuk smp untuk anaknya yang akan lulus tahun ini. Maka anaknya pun tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena beban biaya yang tidak bisa ia tanggung lagi.
No comments:
Post a Comment